Hampir 850 Ribu Warga Mengungsi, Korban Jiwa Banjir Bandang Tiga Provinsi Tembus 867 Orang

- Pewarta

Sabtu, 6 Desember 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Situasi banjir bandang yang merendam sejumlah kecamatan di Provinsi Aceh. (Istimewa/Wawasannews)

Situasi banjir bandang yang merendam sejumlah kecamatan di Provinsi Aceh. (Istimewa/Wawasannews)

Jakarta, Wawasannews.com – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) kembali memperbarui data dampak banjir bandang dan longsor yang melanda tiga provinsi, yakni Aceh, Sumatra Utara (Sumut), dan Sumatra Barat (Sumbar). Hingga Jumat (5/12/2025), tercatat 867 orang meninggal dunia, sementara 521 orang lainnya masih dinyatakan hilang.

Selain itu, sedikitnya 4.200 warga mengalami luka-luka, baik luka berat maupun luka ringan, di tengah situasi yang masih dinamis dan upaya pencarian yang terus berlangsung.

“Alhamdulillah pada hari ini menemukan 31 jenazah. Tentu saja kita harus mengucapkan simpati, Innalillahi wa innailaihi rajiun,” kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, dalam konferensi pers, Jumat (5/12/2025).

ADVERTISEMENT

ads.

SCROLL TO RESUME CONTENT

Aceh Catat Korban Jiwa Tertinggi

Dalam pemaparan BNPB, Provinsi Aceh menjadi wilayah dengan jumlah korban jiwa tertinggi, yakni 345 orang meninggal dunia, sementara 174 warga lainnya masih dalam pencarian.

Di Sumatra Utara, korban tewas mencapai 312 jiwa dan 133 orang masih hilang hingga hari ini. Sementara di Sumatra Barat, tercatat 210 korban jiwa dan 214 orang masih dinyatakan hilang.

Jika dilihat per kabupaten/kota, Kabupaten Agam di Sumatra Barat menjadi daerah dengan korban meninggal terbanyak, yaitu 156 jiwa. Disusul Kabupaten Aceh Utara dengan 124 korban jiwa.

Adapun Kabupaten Tapanuli Tengah mencatat 89 korban tewas akibat banjir bandang yang disertai longsor.

Hampir 850 Ribu Warga Mengungsi

Banjir bandang dan longsor di tiga provinsi tersebut juga memicu gelombang pengungsian besar-besaran. Berdasarkan laporan Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) di masing-masing provinsi, tercatat:

  • Sumatra Utara: 51.433 jiwa mengungsi

  • Aceh: 775.346 jiwa mengungsi

  • Sumatra Barat: 22.354 jiwa mengungsi

Sehingga total pengungsi di tiga provinsi mencapai 849.133 jiwa.

Data tersebut menggambarkan skala bencana yang tidak hanya menimbulkan korban jiwa dan luka-luka, tetapi juga memaksa ratusan ribu warga meninggalkan rumah dan tinggal di pos-pos pengungsian dengan segala keterbatasan.

IDAI Ingatkan Ancaman Penyakit di Pengungsian

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengingatkan, tantangan pascabencana tidak hanya berhenti pada evakuasi dan pemenuhan kebutuhan logistik, tetapi juga pada risiko penyakit menular, khususnya bagi kelompok rentan seperti anak-anak.

IDAI mencatat, kerentanan pertama yang mengintai pengungsi berasal dari infeksi penyakit, di antaranya:

  • Diare

  • Penyakit kulit

  • Campak

  • Tetanus

  • Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)

  • Leptospirosis

  • Demam berdarah dengue (DBD)

Salah satu upaya penting untuk meminimalkan risiko paparan penyakit tersebut adalah ketersediaan obat-obatan dan pelaksanaan vaksinasi. Namun, IDAI menyoroti bahwa capaian imunisasi dasar lengkap (IDL) di Sumatra Barat dan Aceh masih jauh di bawah target nasional, sehingga membuat anak-anak di daerah tersebut semakin rentan.

“Harapan kami, teman-teman yang merespons bencana di berbagai daerah tetap harus melihat anak-anak sebagai satu kesatuan yang komprehensif. Bukan hanya kesehatan fisik, tetapi juga tumbuh kembang hingga aspek pendidikan,” kata Ketua Satgas Penanggulangan Bencana IDAI, dr Kurniawan Taufiq Kadafi, dalam keterangan pers yang diterima RRI, Senin (1/12/2025).

Tantangan Pemulihan Jangka Panjang

Di tengah proses pencarian korban hilang dan penanganan pengungsi, para ahli mengingatkan bahwa fase pemulihan pascabencana akan berlangsung panjang. Selain perbaikan infrastruktur dan pemulihan ekonomi warga, penguatan layanan kesehatan, gizi, dan pendidikan bagi anak-anak di pengungsian menjadi pekerjaan rumah besar yang tidak boleh diabaikan.

BNPB dan para pemangku kepentingan di tingkat pusat maupun daerah didorong tidak hanya fokus pada respons cepat, tetapi juga strategi pemulihan jangka menengah dan panjang, termasuk peningkatan cakupan imunisasi dan edukasi kesehatan di wilayah rawan bencana. (zdl)

Berita Terkait

DPRD Kendal Ngangsu Kaweruh Wisata ke Bantul, Siapkan E-Ticketing untuk Dongkrak PAD
Prabowo Jelaskan Alasan Borong Alutsista: 50 Helikopter Dikerahkan ke Daerah Bencana
Korban Hilang Bencana di Sumut Turun Jadi 160 Orang, Terbanyak di Kabupaten Dairi
Kemenkes Kebut Pemulihan Fasilitas Kesehatan di Wilayah Bencana Sumatra
Jelang Pemilu 2029, Puan Minta Media Jaga Ruang Publik Tetap Sehat dan Objektif
Menlu Sugiono Apresiasi Dukungan Negara Sahabat untuk Korban Bencana di Aceh dan Sumatra
Indonesia Kirim 48 Cabor ke SEA Games 33, Prabowo Tekankan Kebanggaan dan Kehormatan
Ukraina Tegaskan Ingin Perdamaian Nyata, Bukan Pemenuhan Kepentingan Agresor
Berita ini 6.964 kali dibaca

Berita Terkait

Sabtu, 6 Desember 2025 - 18:40

DPRD Kendal Ngangsu Kaweruh Wisata ke Bantul, Siapkan E-Ticketing untuk Dongkrak PAD

Sabtu, 6 Desember 2025 - 16:22

Hampir 850 Ribu Warga Mengungsi, Korban Jiwa Banjir Bandang Tiga Provinsi Tembus 867 Orang

Sabtu, 6 Desember 2025 - 15:42

Prabowo Jelaskan Alasan Borong Alutsista: 50 Helikopter Dikerahkan ke Daerah Bencana

Sabtu, 6 Desember 2025 - 14:07

Korban Hilang Bencana di Sumut Turun Jadi 160 Orang, Terbanyak di Kabupaten Dairi

Jumat, 5 Desember 2025 - 20:06

Kemenkes Kebut Pemulihan Fasilitas Kesehatan di Wilayah Bencana Sumatra

Berita Terbaru