PBB Desak Kamboja–Thailand Hentikan Eskalasi Bentrokan Bersenjata di Perbatasan

- Pewarta

Selasa, 9 Desember 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres. (Istimewa/Wawasannews)

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres. (Istimewa/Wawasannews)

New York, Wawasannews.com – Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyatakan keprihatinan mendalam atas bentrokan bersenjata yang kembali pecah di perbatasan Kamboja–Thailand dan mendesak kedua negara segera menahan diri agar konflik tidak memburuk.

Dalam pernyataan resminya, Guterres menyoroti laporan mengenai serangan udara dan pengerahan alat berat di sepanjang garis perbatasan. Eskalasi tersebut telah menimbulkan korban sipil, merusak infrastruktur penting, serta memaksa banyak warga mengungsi dari kedua sisi perbatasan.

PBB Tekankan Perlindungan Warga dan Akses Bantuan

ADVERTISEMENT

ads.

SCROLL TO RESUME CONTENT

Guterres menegaskan, perlindungan warga sipil harus menjadi prioritas, bersamaan dengan upaya memastikan bantuan kemanusiaan dapat menjangkau wilayah terdampak tanpa hambatan. Ia memperingatkan bahwa tanpa langkah penenangan situasi, risiko memburuknya konflik—baik dari sisi kemanusiaan maupun keamanan regional—akan semakin besar.

Sekjen PBB juga mendorong Kamboja dan Thailand untuk kembali mematuhi kerangka Deklarasi Bersama yang ditandatangani di Kuala Lumpur pada 26 Oktober. Deklarasi tersebut menjadi acuan bersama untuk mengelola ketegangan perbatasan melalui dialog, bukan konfrontasi militer.

Seruan Kembali ke Gencatan Senjata dan Langkah De-eskalasi

Selain kembali ke Deklarasi Bersama, Guterres meminta kedua negara memperbarui komitmen mereka terhadap gencatan senjata yang sudah pernah disepakati. Ia menekankan pentingnya:

  • Melaksanakan langkah-langkah de-eskalasi di lapangan,

  • Membangun kembali kepercayaan melalui mekanisme komunikasi militer dan diplomatik,

  • Menggunakan forum dialog yang sudah ada untuk menyelesaikan sengketa batas secara damai.

Menurutnya, seluruh mekanisme dialog yang telah dibentuk sebelumnya seharusnya dimanfaatkan maksimal sebelum opsi kekuatan militer kembali diperluas.

Ledakan Ranjau dan Penangguhan Pakta Damai

Ketegangan antara Kamboja dan Thailand meningkat tajam bulan lalu setelah Bangkok menangguhkan pakta perdamaian yang mengatur pengelolaan perbatasan kedua negara. Langkah itu diambil menyusul insiden ledakan ranjau di provinsi perbatasan Si Sa Ket yang melukai empat tentara Thailand.

Insiden ranjau tersebut memicu kemarahan publik dan menambah tekanan politik di dalam negeri, sehingga ruang manuver diplomatik menjadi semakin sempit. Penangguhan pakta damai kemudian berkontribusi pada meningkatnya tembak-menembak dan pengerahan kekuatan militer di kawasan.

Sebelumnya, pada Juli, Kamboja dan Thailand sempat mencapai kesepakatan penghentian tembak-menembak tanpa syarat dalam pertemuan trilateral yang dipimpin Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim. Pertemuan itu menjadi titik balik sementara setelah berminggu-minggu terjadi saling serang di sepanjang perbatasan.

Dalam konteks tersebut, Guterres kembali mengingatkan kedua pihak agar menahan diri dari tindakan provokatif dan kembali ke jalur diplomasi.

Peran Negara Ketiga dan Dukungan PBB

Pernyataan PBB juga menyinggung peran negara-negara ketiga yang sebelumnya memfasilitasi dialog, termasuk Malaysia sebagai tuan rumah pertemuan trilateral, serta Amerika Serikat yang menjadi saksi dalam penandatanganan perjanjian perdamaian sebelumnya di hadapan Presiden AS Donald Trump dan PM Malaysia Anwar Ibrahim.

Guterres menegaskan, PBB siap mendukung semua upaya yang bertujuan:

  • Mempromosikan perdamaian dan stabilitas di perbatasan Kamboja–Thailand,

  • Mengurangi risiko konflik terbuka yang dapat mengguncang kawasan,

  • Mendorong pembangunan berkelanjutan di daerah-daerah perbatasan yang selama ini rentan konflik.

Implikasi bagi Kawasan dan ASEAN

Bentrokan di perbatasan Kamboja–Thailand tidak hanya berdampak pada keamanan lokal, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran atas stabilitas kawasan Asia Tenggara. Jalur perdagangan lintas batas, arus pekerja migran, serta aktivitas ekonomi masyarakat perbatasan berpotensi terganggu jika eskalasi terus berlanjut.

Dalam konteks ASEAN yang mengedepankan prinsip penyelesaian damai sengketa, perkembangan ini menjadi ujian bagi kapasitas kawasan untuk mencegah konflik antarnegara anggota berubah menjadi krisis berkepanjangan.

PBB menutup seruannya dengan menegaskan kembali bahwa jalan keluar yang berkelanjutan hanya dapat dicapai melalui diplomasi, dialog, dan penghormatan terhadap komitmen yang telah disepakati, bukan lewat intensifikasi operasi militer di lapangan. (ucl)

Berita Terkait

Turunrejo Brangsong Dikepung Sampah Kiriman, Sungai Dangkal Picu Genangan di Pesisir Kendal
Rob Menahun Rendam 80 Hektare Tambak, Petani Pesisir Kendal Beralih ke Ikan Nila dan Bandeng
Wartawan dan Polres Kendal Galang Rp26,8 Juta untuk Korban Banjir Bandang di Sumatra
Kebakaran Hutan Australia: 1 Pemadam Tewas, Hampir 40 Rumah Hancur di NSW dan Tasmania
Sekjen Kemenag Harap Luaran Penelitian Harus Berdampak
Satlantas Kendal Imbau Warga Tak Foto Korban Kecelakaan, Fokuskan Kamera ke Kendaraan Pelaku
Kemenag Tegaskan Pendidikan Tinggi Terbuka untuk Semua, Ruchman Ajak Mahasiswa STAIP Manfaatkan Peluang Beasiswa
Tuntut UMP-UMSP, Ratusan Buruh Pantura Barat Bakal Kepung Gubernuran
Berita ini 6.964 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 9 Desember 2025 - 14:56

Turunrejo Brangsong Dikepung Sampah Kiriman, Sungai Dangkal Picu Genangan di Pesisir Kendal

Selasa, 9 Desember 2025 - 14:39

Rob Menahun Rendam 80 Hektare Tambak, Petani Pesisir Kendal Beralih ke Ikan Nila dan Bandeng

Selasa, 9 Desember 2025 - 14:25

Wartawan dan Polres Kendal Galang Rp26,8 Juta untuk Korban Banjir Bandang di Sumatra

Selasa, 9 Desember 2025 - 13:49

PBB Desak Kamboja–Thailand Hentikan Eskalasi Bentrokan Bersenjata di Perbatasan

Selasa, 9 Desember 2025 - 13:37

Kebakaran Hutan Australia: 1 Pemadam Tewas, Hampir 40 Rumah Hancur di NSW dan Tasmania

Berita Terbaru